
Remaja memiliki segalanya di pikiran mereka, kecuali belajar. Apakah benar demikian? Tidak. Justru sebaliknya, yang benar adalah: hampir tidak ada fase dalam kehidupan manusia, di mana para remaja (dalam kontek ini siswa), berjuang keras untuk memahami hal-hal baru yang berbeda, serta untuk petualangan dan pengalaman yang menantang. Dan itu lah konteks belajar. Karenanya, pubertas dan sekolah bisa didamaikan: dengan kesabaran, kepercayaan, dan strategi yang tepat untuk setiap fase perkembangannya.
Reputasi yang dimiliki pubertas di kalangan orang dewasa sering dianggap tidak optimal. Tampaknya bagi kita orang dewasa, fase ini merupakan fase stres yang sebenarnya tidak perlu. Anak remaja kita, utamanya yang mereka ketahui dan lakukan, sering kita anggap bermasalah dan tidak sesuai norma. Padahal, itulah perubahan dan proses dalam belajar. Namun justru inilah yang sering memunculkan persepsi salah pada kita para orang dewasa, yang beranggapan bahwa masa pubertas dan sekolah sering tidak bisa berjalan beriringan dengan baik!
Tentu saja itu omong kosong. Nyatanya, melalui fase pubertas kita semua mengarah pada satu hal, yakni dewasa. Dan dalam perjalanan ke sana, tidak hanya ciri seksual dan proporsi tubuh saja yang berubah, tapi juga otak. Ini menjadi lebih efisien, lebih cepat, dan lebih kuat secara keseluruhan.
Sayangnya, hal berikut sering terlupakan. Sementara itu, pembatasan antara orang tua dengan remaja justru terjadi, dan menjadi jurang pemisah. Dan tentu saja, itulah yang menjadi penghambat perkembangan optimal anak remaja kita, yang mempengaruhi perkembangan di beberapa fungsi yang semestinya dikembangkan. Padahal seharusnya, para remaja semestinya mendapatkan keterampilan dan minat baru.
Pubertas dan sekolah berjalan beriringan
Jika Anda tahu bagaimana biologi memengaruhi berbagai fase pubertas, Anda akan dapat menggunakannya dengan yang terbaik. Ini juga berlaku untuk sekolah. Guru yang baik harus dapat menyesuaikan metode mengajar mereka (sejauh kurikulum memungkinkan), sebagai konten pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan dan minat anak remaja. Diskusi kontroversial, proyek yang menantang, solusi kreatif, pelajaran yang menarik, pasti bisa dilakukan untuk merangsang perkembangan optimal mereka.
Dan di rumah pun, orang tua memiliki peranan untuk mengarahkan rasa ingin tahu dan kehausan akan aksi anak muda dengan cara yang bermakna. Untuk dapat melakukan semua ini, Anda harus tahu apa yang ada di kepala mereka. Dan ini seringkali berbeda, tergantung pada tahap dan fase yang tengah dilaluinya.
01 – Tahap Awal (10-12 tahun)
Gunakan kesempatan terakhir untuk aturan baru
Antara usia sepuluh dan dua belas tahun, diskusi dengan anak-anak kita diarahkan untuk membahas peningkatan kualitas baru. Anak-anak sekarang tidak hanya gigih, tapi mereka juga berdebat lebih baik dan dengan cepat akan dapat mengetahui kapan aturan diterapkan dengan lemah, kapan dengan disiplin yang ketat. Jangan hindari diskusi seperti itu, lakukan argumentasi yang meyakinkan dalam fase ini, agar anak tetap dapat menerima aturan yang dibuat. Mengerjakan pekerjaan rumah sepulang sekolah, belajar sebelum bermain, ponsel cerdas tidak aktif di malam hari, dan sebagainya. Jika pedoman untuk pubertas dan sekolah macam itu bisa diterapkan secara berimbang, akan membawa perubahan yang jauh lebih baik bagi perkembangan remaja kita.
Mengusir kegelisahan
Sebelum pubertas, anak laki-laki dan perempuan masih memiliki dorongan yang kuat untuk bergerak, bahkan mereka sendiri sering tidak menyadarinya. Perhatikan keseimbangan fisik, terutama dalam fase belajar. Obat terbaik untuk mengatasi kegelisahan pada mereka bukanlah kata-kata kasar, tetapi arahkan untuk aktivitas fisik yang bermanfaat. Renang, badminton, tennis, dan sejenisnya adalah kegiatan fisik yang mampu mereda kegelisahan mereka.
Biarkan menguap
Di bulan-bulan sebelum menstruasi pertama, anak perempuan sering mengalami perubahan suasana hati. “Penderitaan” adalah kata yang tepat, karena seringkali anak-anak itu sendiri tidak tenang, dan karenanya sering menjadi lebih sensitif. Pada saat-saat seperti itu, diskusi mendasar tentang perilaku belajar atau prestasi sekolah tidak ada gunanya. Satu-satunya hal yang membantu mereka adalah menarik napas dalam-dalam, membiarkan uap menguap, menunggu dan melihat. Dan mereka biasanya akan “dapat diakses” lagi setelah satu jam. Ini juga berlaku untuk anak laki-laki pemarah.
Mendorong kemandirian
Apakah anak Anda tiba-tiba mengetahui segalanya dengan lebih baik? Itu bagus! Dorongan khas untuk kemandirian pada masa pra pubertas adalah kesempatan yang baik. Dan untuk saat ini, mengalihkan tanggung jawab atas keberhasilan belajar anak kepada anak, adalah solusi terakhir. Tetap terinformasi dengan baik, tetapi izinkan anak Anda untuk semakin mengontrol proses belajar mereka. Apakah mencoba strategi belajar, berlatih online atau mengubah waktu belajar. Jika mereka merasa dapat memutuskan diri, siswa usia ini suka menguji banyak hal yang akan berguna nantinya.
02 – pubertas tinggi (12 – 16 tahun)
Biarkan dingin
Jika Anda ingin mempelajari sesuatu tentang inersia massa, Anda tidak memerlukan gelar dalam fisika. Anda hanya perlu memikirkan kelas delapan. Tidak ada yang bisa bersantai di pubertas tinggi seperti itu. Seolah-olah otak mengalami remodeling, membuat kita untuk bersiaga sejenak. Dan ini ada benarnya juga. Selain itu, banyak anak muda yang lelah karena bioritme mereka berubah. Anak usia 14 tahun belum mengantuk pada jam 9:30 malam, dan bugar pada jam 6:30 pagi. Karena kelas terus dimulai pada pukul tujuh, terlepas dari semua himbauan dari para ilmuwan. Dan orang tua harus mengizinkan anak remaja mereka untuk mengambil waktu istirahat di antaranya, dan mengejar tidur di akhir pekan. Menetapkan prioritas: Pekerjaan rumah dan latihan adalah suatu keharusan, mengunjungi kerabat terkadang dapat dilewati.
Merangsang, stres – dan hadiah
Selama pubertas, otak bereaksi sangat lemah terhadap neurotransmitter dopamin, yang bertanggung jawab atas motivasi dan dorongan. Oleh karena itu, kaum muda membutuhkan rangsangan yang lebih kuat daripada usia kanak-kanak dan juga orang dewasa, untuk memotivasi diri mereka sendiri. Remaja belajar lebih baik ketika mereka mengalami sedikit stres. Pencarian petualangan dan pengalaman (berbahaya) juga berawal darinya. Pada dasarnya, otak puber selalu mencari rangsangan konfirmasi, dan karena itu bereaksi lebih kuat terhadap hadiah daripada hukuman. Orang tua dan guru harus mempertimbangkan hal ini.
Memberi waktu untuk berpikir
Juga karena perubahan di kepala adalah “garis panjang” yang khas, maka area otak tidak berkomunikasi secara optimal satu sama lain. Kaum muda merasa sulit untuk berpikir secara fokus, dan mengikuti alur pemikiran yang kompleks. Oleh karena itu, masalah dan tugas harus terstruktur dengan jelas. Rencana pembelajaran yang membantu, misalnya: menyelesaikan tugas dalam mempersiapkan ujian. Untuk alasan yang sama, remaja membutuhkan waktu lebih lama untuk proses musyawarah. Memberi mereka sedikit lebih banyak waktu untuk berpikir sebelum menjawab, atau membuat keputusan sering kali berhasil.
Membangkitkan Gairah
Namun begitu anak muda telah mengambil keputusan dan rangsangan positifnya cukup besar, mereka bisa menjadi sangat berkomitmen dan gigih. Banyak yang mulai melakukan pekerjaan sukarela, misalnya di kegiatan ekstra kurikulair sekolah, organisasi-organisasi kesiswaan, dan aktivitas keagamaan lainnya. Gairah seperti itu layak dipupuk. Ini memungkinkan bagi para siswa untuk menarik validasi dan kepercayaan diri darinya. Dan Anda pun secara tidak langsung akan melatih pemikiran logis saat menyiapkan rencana pelatihan untuk mereka.
Melepaskan, tetapi tetap dekat
Bagi para orang tua, pubertas berarti belajar melepaskan, bukan mengurung anak di rumah. Meski demikian, kita para orang tua masih harus selalu mengikuti pergerakan mereka. Jangan melepas anak remaja tanpa keterlibatan kita. Ketika mereka kewalahan atau bermasalah di sekolah, atau bahkan diintimidasi, banyak siswa yang lebih suka menutupinya daripada mengungkapkannya kepada teman atau orang tua mereka. Jadi tetap berhubungan seringkali menjadi sesuatu yang sulit, tapi penting untuk dilakukan. Kiatnya, remaja biasanya akan lebih mudah didekati dengan menanyakan perasaan mereka, alih-alih fakta atau peristiwa. Dan usahakan untuk menghindari penilaian dalam percakapan. Beberapa guru disarankan melibatkan teman sekelas yang sedikit lebih tua (mentor) dalam mengatasi masalah kritis anak remaja.
03 – fase akhir (dari 16 tahun)
Batasi delusi berlebihan
Jika Anda tidak mengetahui sesuatu, tanyakan pada remaja berusia 17 tahun. Mereka tahu segalanya. Di atas segalanya lebih baik. Citra diri remaja akhir seringkali sangat jauh dari tingkat kearifan mereka. Tetapi bahkan terlalu percaya diri. Ini hanyalah alat untuk mengembangkan identitas diri sendiri sebagai orang dewasa; dengan segala kekuatan, atas segala masalah dan rintangan.
Sayangnya, hal ini sering mengejutkan mereka bahwa Bioklausur tidak selamanya tunduk pada kekuatan sugesti otomatis. Pubertas dan sekolah sebenarnya menjadi penghalang di fase ini. Guru dan para orang tua biasanya tidak banyak membantu. Anak remaja di fase ini sering berprediksi bahwa orang tua/guru sebagai pembunuh motivasi pada suatu hari, dan lusa dianggap sebagai momok yang tahu segalanya dan penuh kebencian. Jadi jangan ragu untuk membiarkan anak remaja fase ini tersungkur karena prediksi mereka, tetapi musti kita bantu untuk bangkit kembali. Setelah itu, mungkin dapat diakses untuk sebuah rencana, yang dengannya seseorang membandingkan tujuan dan apa yang sebenarnya telah dicapai bersama berulang kali.
Tantang dan tawarkan tempat untuk mundur
Di akhir pubertas, pandangan ke luar seorang remaja pada fase ini akan semakin melebar. Ke mana dia ingin pergi, apa yang tersedia untuknya? Dunia ada untuk ditemukan dan ditaklukkan! Perjalanan sendirian, tututan magang, waktu berkegiatan di luar kota, tantangan dan pengalaman seperti itu memperkuat orang dewasa muda dan seringkali membuat orientasi karier yang sulit menjadi lebih mudah bagi mereka. Orang tua harus mendorong hal ini, meskipun terkadang sulit untuk mengirim anak Anda ke dunia luar.
Karena mereka jauh dari sepenuhnya hilang: kebanyakan anak muda tetap merasa tidak aman dan rentan di bawah topeng selama masa pubertas, seringkali sampai usia pertengahan 20-an. Mereka membutuhkan rumah mereka, tempat berlindung dari kekalutan, di mana tidak apa-apa untuk menjadi sempurna.