
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan antara satu dengan lainnya menggunakan pola interaksi yang konsisten. Baik tidaknya hubungan interpersonal pada suatu lingkungan, amat berpengaruh terhadap baik tidaknya iklim yang terbentuk pada lingkungan tersebut. Termasuk dalam dunia pendidikan, khususnya di lingkungan sekolah. Semakin terjaganya hubungan interpersonal yang positif di lingkngan sekolah, maka akan semakin berkualitas pula hasil pendidikan diraih oleh sekolah bersangkutan.
Dalam rangka itulah, artikel ini sedikit membahas bagaimana membentuk hubungan interpersonal yang positif di lingkungan sekolah, dengan harapan tercapainya kondisi dinamis iklim pembelajaran pada sekolah bersangkutan
Hubungan Siswa-Guru
Penelitian di bidang intervensi pendidikan menunjukkan pentingnya hubungan siswa-guru yang positif. Faktor ini membantu mendorong keterlibatan siswa dalam studi mereka dan mempromosikan keberhasilan akademisnya. Bagi siswa yang mengalami kesulitan, utamanya kesulitan dalam perilaku, maka akan peroleh manfaat yang jauh lebih besar. Hubungan interpersonal yang positif akan bertindak sebagai faktor pelindung, utamanya pada awal-awal masuk sekolah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perilaku guru dan lingkungan kelas yang kondusif pada awal masuk sekolah, berdampak terhadap tingkat keberhasilan pembelajaran dan capaian akademis siswa.
Sebaliknya, adanya konflik antara guru dan siswa seringkali mengisyaratkan munculnya masalah perilaku di sekolah, pada masa-masa berikutnya. Semakin banyak guru berperan dalam membantu siswa yang berperilaku sulit dan mampu membantu mereka untuk mengadopsi perilaku pengganti, maka mereka akan semakin mampu peroleh situasi sukses di sekolah. Karenanya, hubungan individu antara guru dan murid sangat menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua guru untuk menjaganya.
Dalam hal menciptakan ikatan dengan siswa, beberapa akhli menyarankan untuk memulai hubungan dengan mengambil sikap yang hangat. Dengan memelihara hubungan yang hangat, guru dapat membangun komunikasi istimewa dengan murid-muridnya. Lebih lanjut, siswa akan mampu membangun minatnya, dan memperoleh kolaborasi yang lebih baik darinya. Selain itu, dengan bertindak sebagai model sosial, kualitas hubungan yang dibangun oleh guru mempengaruhi tingkat penerimaan siswa yang mengalami kesulitan dalam berperilaku.
Pentingnya Sikap
Sikap tertentu memfasilitasi komunikasi dan membantu membangun hubungan yang baik. Dengan demikian, guru yang terbuka dan hangat serta tenang akan cenderung memiliki sikap empati yang mendorong dan memotivasi siswa. Guru yang menunjukkan rasa hormat kepada siswanya, menanyakan pendapatnya dan bersikap adil kepada semua orang akan lebih mudah mendorong mereka untuk berkolaborasi. Kepemimpinan juga dilihat oleh siswa sebagai faktor yang cenderung mendorong hubungan kepercayaan.
Ketika perlu untuk campur tangan dengan seorang siswa, sikap tertentu memungkinkan untuk menjaga hubungan yang telah terjalin. Jika intervensinya didasarkan pada penerimaan dan empati, misalnya, guru akan menawarkan siswa mendengarkan secara aktif dan berusaha mengetahui sudut pandangnya, sehingga mendorongnya untuk bekerja sama. Namun, penting agar dia menjaga jarak yang adil dari masalah muridnya. Ini akan memungkinkan dia untuk menghilangkan kepribadian intervensinya dan dengan demikian menjaga kualitas hubungannya dengan siswa sambil mempertahankan kohesi kelompok.
Hubungan Antar Siswa
Dalam hubungan dengan orang lain, siswa harus secara simultan mengatur perilaku, emosi, dan kapasitas kognitifnya. Ruang kelas adalah tempat yang tepat untuk mengawasi hubungan ini dan untuk mengajarkan keterampilan sosial. Kegiatan pembelajaran sehari-hari memungkinkan siswa untuk mengenal satu sama lain lebih baik sebagai pembelajar, tetapi juga untuk menemukan sumber daya pribadi mereka. Dalam kontak dengan orang lain, mereka mengenali kekuatan relasional mereka, menyadari apa yang mereka hargai dalam diri orang lain dan kontribusi mereka kepada kelompok. Ketika lingkungan dicirikan oleh hubungan yang positif, itu menciptakan iklim yang hangat dan aman di mana perbedaan individu dapat dilihat sebagai peluang untuk terbuka kepada orang lain dan mengenal serta menghargainya.
Guru dapat berintegrasi ke dalam mekanisme manajemen kelasnya yang cenderung mendorong siswa untuk berkolaborasi dalam pencapaian tujuan kolektif, yang dengan demikian akan mendukung mereka dalam pengembangan keterampilan sosial dan sikap saling membantu dan empati. Gaya manajemen kelas yang demokratis dan kooperatif sangat cocok untuk mengembangkan sikap seperti itu, karena mereka mempromosikan kerja tim, direncanakan oleh guru dan diajarkan kepada siswa. Membentuk pengurus kelas juga dapat membantu siswa menjadi terbiasa dengan hal-hal penting dari hubungan teman sebaya yang harmonis sambil mengajari mereka untuk mengungkapkan pandangan atau perasaan mereka. Namun, siswa dengan kesulitan perilaku terkadang membutuhkan perhatian khusus.
Manajemen kelas juga harus bertujuan untuk memastikan kohesi kelompok dengan mendorong partisipasi aktif setiap siswa. Dengan begitu, perasaan memiliki di dalam kelas akan muncul. Salah satu cara untuk menciptakan perasaan ini adalah dengan mengembangkan kebanggaan kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara: memamerkan karya siswa, memberi nama kelas, mendorong dukungan teman sebaya, mengajak siswa untuk menggarisbawahi perilaku positif yang telah mereka amati, mengungkapkan kepuasan dengan meningkatkan perilaku siswa dan bukan hanya hasil mereka, dll. Untuk siswa dengan kesulitan perilaku, penerimaan kelompok merupakan elemen penting untuk dipertahankan. Dia harus merasa bahwa dia dapat memberikan kontribusinya bagi perkembangan grup, dan ini, terlepas dari kesulitannya. Guru dapat membantunya membagikan kekuatan dan minatnya kepada siswa lain. Dengan demikian, karena merasa dihargai dan diterima oleh teman-temannya, siswa ini akan dapat berkolaborasi dengan lebih baik dengan orang lain.