APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA SISWA TIDAK TERMOTIVASI UNTUK BELAJAR?

 

Siswa yang enggan

Sesekali kita menjumpai siswa yang datang ke sekolah tidak atas kemauan sendiri, melainkan disuruh atau bahkan dipaksa orang tuanya. Siswa macam ini terkadang menunjukkan ketidakpuasannya dengan cukup jelas. Mereka selalu mengeluh, terus-menerus menyimpang dari topik pelajaran, sengaja duduk santai di kursi dan menolak untuk bekerja sama, meninggalkan lembar kerja begitu saja tanpa menyelesaikan tugasnya, buku dan peralatan kerja tidak di bawa ke sekolah dan meninggalkkannya di rumah, dan sekian banyak lagi bentuk penolakkan yang dia lakukan.

Jika Anda memiliki pemahaman yang baik tentang terapi pembelajaran yang tepat, Anda akan dapat dengan mudah mengatasi siswa yang semacam itu. Berikut ini akan dibahas terkait bagaimana kita dapat memotivasi anak-anak dan remaja untuk bekerja dan belajar dengan lebih baik.

 

Prasyarat untuk motivasi

Idealnya terapi pembelajaran bisa dilakukan melalui pembelajaran yang menarik, atau materi pelajaran yang menarik sudah cukup untuk memotivasi seorang siswa. Siswa akan menikmati apa yang dilakukannya, dan belajar melalui kegembiraan saat melakukannya. Karenanya, selalu pertimbangkan kepentingan anak agar mereka termotivasi untuk belajar.

Anak-anak pra sekolah dan sekolah dasar memiliki kecintaan pada binatang, irama dan gerakan yang menyenangkan, juga nyanyian-nyanyian yang menyenangkan. Karenanya, pergunakan pendekatan-pendekatan yang membangkitkan kecintaan mereka melalui apa yang mereka sukai. Menyanyi, menari dan cerita-cerita inspiratif bisa digunakan untuk menarik perhatian anak seusia tersebut.

Pun demikian dengan anak atau siswa remaja, mereka memiliki keinginan untuk mengekplorasi diri lebih jauh tentang alam, musik, romantisme, petualangan, dsb. Pergunakan pendekatan belajar yang bisa mengungkap apa-apa yang disukai anak remaja, maka motivasi mereka untuk belajar akan jauh lebih meningkat.

Intinya, beri mereka kesempatan untuk mencoba konten pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, menjadi kreatif, dan mengerjakan proyek tertentu yang menjadi minat mereka. Perhatikan perubahan metode yang sering dilakukan. Lembar kerja bisa sangat membosankan dalam jangka panjang, tapi itu diperlukan. Lakukan metode evaluasi pembelajaran yang kreatif dan ilmiah.

 

Tujuan jangka pendek dan jangka panjang

Ketika orang tua memikirkan tentang sekolah anaknya, jauh di benak mereka sering muncul pertanyaan-pertanyaan; Akankah anak saya akan gagal dalam belajarnya? Bisakah dia berhasil lulus SMA? Dapatkah dia melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lain muncul di benak mereka, merujuk pada tujuan jangka panjang. Sementera anak-anak kita hidup di masa sekarang, dan Anda menarik kesimpulan tentang masa depannya. Itu tidak akan banyak berguna.

Jika seorang anak tidak ingin pergi ke sekolah, dan Anda membujuk mereka dengan iming-iming akan membelikan sepeda motor baru di akhir tahun pelajaran, maka jangkauan ini terlalu jauh dan bahkan tidak nyata. Orientasi pada tujuan jangka pendek jauh lebih bermanfaat. Misal, mengajak bersama membaca puisi sebagai tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia, mendiktekan soal-soal latihan menghadapi ulangan minggu depan, berdiskusi tentang masalah-masalah sulit dihadapi pada suatu mata pelajaran, dan hal-hal terkait langsung pada mata pelajaran, yang kelihatan remeh namun memiliki arti perhatian yang baik bagi anak-anak Anda. Perhatian dan kedekatan Anda sebagai orang tua, akan banyak diresponse secara positive oleh anak-anak Anda, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar mereka.

Pun demikian dengan pelajar usia dewasa. Anda dapat memanfaat diri dalam membantu mereka, misalnya saja dalam membagi proyek-proyek besar menjadi sub-langkah kecil sehingga dapat dikelola dan lebih mudah dikelola, bisa juga menjadi teman diskusi terkait masalah-masalah urgen di sekolah, kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan tugas suatu mata pelajaran, dan hal-hal lain yang terjadi di sekolah didiskusikan bersama. Hal-hal semacam itu yang kelihatan remeh dilakukan, berdasar hasil penelitian ternyata memiliki dampak yang luar biasa bagi peningkatan motivasi belajar anak-anak Anda. Tinggal bagaimana kita mempersiapkan dan menempatkan diri dalam mendampingi anak-anak kita.

 

Alasan kurangnya motivasi

Banyak diantara siswa yang tidak cukup termotivasi (“intrinsik”) untuk belajar. Keberminatan mereka akan materi pembelajaran hilang dan dengan demikian keinginan untuk belajar pun menipis. Ini sering kali terjadi pada anak-anak atau remaja yang belum memiliki pengalaman, bahwa upaya itu akan membuahkan hasil bagi masa depannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu seringnya mereka mengalami kegagalan dalam belajar dan belajar. Berjam-jam mereka belajar, tapi nilai tidak seperti yang diharapkan. Atau bahkan sudah berusaha belajar semaksimal mungkin, tapi tidak paham akan apa yang dipelajari.

Ketika seseorang terlalu sering mengalami bahwa sesuatu yang telah diupayakan dan diusahakan sedemikian keras tapi hasil tidak seperti diharapkan, mereka dapat jatuh ke dalam keadaan “ketidakberdayaan yang dipelajari”. Mereka tidak lagi melihat hubungan antara perilaku mereka dan hasilnya, yang pada akhirnya tidak peduli lagi akan apa yang mereka lakukan yang pada akhirnya peroleh sesuatu yang tidak menyenangkan.

Jika ini terus terjadi pada siswa, mereka secara bertahap akan berhenti mencoba, yang pada akhirnya akan menurutkan minat belajarnya. 

 

Upaya harus bermanfaat

Tidak ada sesuatu yang dapat menginspirasi seseorang untuk berusaha lebih dan lebih, kecuali dia merasakan peroleh kesuksesan. Dan ini terutama terjadi pada anak-anak dan remaja yang sering keli mengalami kegagalan. Siswa dengan kesenjangan pengetahuan yang besar dibanding yang lain, maka dia harus diberi kesempatan yang memungkinkan bagi mereka untuk merasakan peroleh keberhasilan, dan keberhasilan itu mereka rasakan sebagai sesuatu prestasi yang luar biasa. Dan pujian yang alamiah tanpa dibuat-buat, akan lebih menguatkan anak bersangkutan untuk jauh lebih berprestasi. 

Kurangnya motivasi intrinsik dapat dikompensasi oleh motivasi ekstrinsik. Dengan kata lain, seorang pelajar yang acuh tak acuh terhadap kosa kata bahasa Inggris, jika dia dapat memperoleh manfaat dari penguatan sosial atau material, hal-hal tersebut akan terlihat sangat berbeda. Prospek kata-kata pujian, peluang realistis untuk mendapatkan nilai bagus, atau hadiah kecil dalam waktu dekat dapat memberi siswa dorongan yang diperlukan.

 

Dukungan motivasi pada anak

Jika Anda seorang guru pada sekolah dasar yang notabene, tidak favorite, Anda bisa saja menerapkan pemberian poin pada nilai lebih yang dilakukan siswa-siswi Anda. Siswa-siswi yang mampu mengerjakan tugas dengan baik, akan menerima stiker atau “token” untuk prestasi kerja individual yang mereka lakukan, yang nantinya dapat mereka tukarkan dengan hadiah-hadiah kecil yang dipersiapkan. Hadiah-hadiah ini usahakan berjenjang, mulai dari terkecil hingga terbesar, atau termurah hingga termahal. Beritahu pada siswa-siswi Anda, bahwa mereka perlu mengumpulkan berapa banyak token-token yang harus dikumpulkan untuk peroleh hadiah-hadiah tersebut. 

Dengan cara ini, siswa-siswi Anda akan dapat menghitung dengan tepat, kapan dia akan diberi imbalan atas usahanya. Bagi beberapa anak, mengumpulkan dan menimbun token lebih menyenangkan daripada memperhitungkan nilainya. Dari sini Anda bisa melihat betapa pentingnya penguatan jangka pendek dan umpan balik positif yang sering, terutama bagi anak-anak yang telah “unggul” dari kesuksesan. Dalam banyak kasus, motivasi intrinsik muncul dari motivasi ekstrinsik. Siswa-siswi mengalami kesuksesan dan belajar lebih baik untuk dirinya sendiri, dan lebih sedikit untuk hadiahnya.

 

Promosi motivasi pada kaum muda

Anda tidak dapat menerapkan sistem point terhadap siswa-siswi tingkat SMA, kecuali mereka sudah mengetahui dan merasa nyaman dengan sistem sejenis yang sudah dijalankan. Motivator terbaik untuk siswa yang lebih tua adalah peluang nyata untuk nilai yang lebih baik, pendidikan tinggi, dan prospek kerja yang akan dia dapat pada masa nantinya. Akan jauh lebih masuk akal jika mengajak mereka pergi ke pusat informasi karir, mendukung mereka dalam mencari magang, atau kunjungan kampus/industri yang mereka minati. Semakin konkret rencana masa depan dan semakin jelas jalan menuju tujuan, maka akan semakin cepat anak muda mengambil langkah pertama menuju tujuan ini. Kaum muda seringkali membutuhkan lebih sedikit terapis pembelajaran daripada pelatihan, atau pelatih pembelajaran yang mampu mempromosikan potensi orang mereka dan memberinya “dorongan simbolis” pada waktu yang tepat.

 

Menghubungkan dengan apa yang sudah ada

Jika Anda ingin memotivasi seseorang, maka Anda harus memahami kebutuhan, perasaan, dan minat orang tersebut. Setiap anak dan remaja termotivasi untuk melakukan sesuatu. Seringkali dimungkinkan untuk membangun minat dan aktivitas khusus. Bayangkan seorang anak berusia tiga belas tahun yang sedang jatuh cinta dan tidak terlalu peduli dengan ejaan. Dalam situasi ini, dia akan mampu mengumpulkan motivasi untuk menulis surat yang sempurna. Atau pikirkan siswa sekolah menengah yang “tidak membutuhkan” matematika karena mereka sangat yakin bahwa suatu hari nanti mereka akan menjadi pemain sepak bola profesional. Tentunya mereka ingin mengetahui berapa besar penghasilan mereka? Itu bisa menjadi sesuatu yang berharga, yang bisa dijadikan stimulus untuk memotivasi mereka.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *